Meditasi Ala Sufi
Ada sebuah cerita dari sebuah negeri di timur, di mana terdapat sekelompok orang yang berkonsentrasi pada meditasi ala Jepang. Di sebuah kuil Zen, pengunjung diantar berkeliling kuil oleh pembimbingnya langsung. Pengunjung tersebut mengatakan bahwa tempat ini pastilah tempat yang suci, karena banyaknya orang yang duduk dalam posisi yang khas (yoga lotus) dan sedang melaksankan meditasi. Lalu timbul pertanyaan, mereka sedang bermeditasi apa? Pembimbing menjawab, Orang ini bermeditasi mengenai film yang dia tonton semalam; yang ini mengenai tempat tidur, dan lain-lain. Setiap orang sedang melakukan muraqaba dengan versinya masing-masing.
Kita harus mengerti kepada siapa ber-meditasi harus diarahkan! Suatu ketika seorang anak muda datang kepada Syaikh, “Maulana, Saya bingung berilah saya rasa damai. Beberapa waktu yang lalu, saya jatuh cinta kepada seorang gadis, dan kami sempat memutuskan untuk menikah. Tetapi di lain pihak, dia menemukan pria lain yang dia suka dan malah akhirnya merekalah yang menikah! Saya sangat menderita akibat hal ini, tak tahan rasa sakitnya”.Lalu Syaikh menjawab, Tak ada yang perlu dikhawatirkan. Temui gadis lain dan nikahi dia. Sianak muda menjawab, Usul yang baik, Syaikh! Tetapi pikiran saya selalu terbersit oleh kenangan akan gadis itu dan jikalau saya mencoba jutaan kali, Saya tidak bisa melupakannya.
Syaikh bertanya, Mengapa kamu sampai mengingatnya seperti demikian? Anak muda itu menjawab, Sebenarnya bukan saya sengaja melakukannya, tetapi selalu saja wajah gadis itu datang keingatanku Syaikh. Selalu saja bayangannya melewati nuansa pikiran ini.
Nah bukankah hal ini sangat luar biasa? Si anak muda tidaklah sampai menyembah gadis itu; dia tidak pernah menerima formulasi wirid/ dzikir dari gadis itu yang memuat nama-nama atribut sang gadis. Inilah konsekuensi dari kebersamaan. Ketika kita meletakkan seseorang di kalbu dengan rasa cinta (mahabbah), maka kita tidak akan mampu untuk menghilangkannya. Inilah buahnya muraqaba. Lalu mengapa kita tidak melakukan hal tersebut terhadap Allah dan Rasulnya? Kita hanya memerlukan satu kali untuk memasukkan Allah dan Rasul ke dalam kalbu dan pikiran kita, lalu akan terus bersemayam di dalamnya terutama setelah mahabbah, kita pun berkonjugasi dengan itu.
Sungguh pengalaman spiritual yang menyenangkan, mengagumkan, sulit.......? ya karena kita tidak bersama Rasul dan kita tidak bisa melihat Allah, tetapi bayangkan kenikmatan yang telah diberikan Allah langsung kepada kita, seperti kesehatan, keutuhan badan, kesegaran ketika bernafas, dsb. Sedangkan kepada Rasul bayangkan bahwa kita telah mendapat bimbingan melalui kebenaran jalan hidup secara islam......kedamaian hidup, kesetaraan hidup secara islam, bayangkan dan rasakan semua itu....cinta akan tumbuh di sana, apalagi kalau kita sudah bisa berziarah ke makam Rasul saw. Selamat mencoba untuk ber muroqobah.
Komentar