Morfologi dan Lansekap Kota
Kota, baik kehidupan dan lingkungan fisiknya telah terjadi ribuan tahun yang lalu. Kehidupan kota dalam sejarahnya merupakan puncak budaya suatu bangsa. Terutama pada kota-kota yang direncanakan, hal tersebut telah menunjukkan suatu hasil peradaban manusia yang tinggi.
Pada lembah-lembah sungai Eufrat dan Tigris suatu lokasi pertanian yang subur telah menjadi tempat bermukim manusia pada 4000-5000 tahun sebelum Masehi. Kemakmuran tersebut melahirkan kehidupan kota sebagai pusat pemerintahan dan kebudayaan dan agama dan perdagangan. Kota-kota kerajaan (the city stated) merupakan karya kota-kota terencana yang menampilkan lambang-lambang kekuasaan dan ruang-ruang kehidupan yang nikmat. Kota pada jaman keemasan suatu masyarakat pada jaman dahulu dirancang untuk menciptakan suatu “ideal world“. Taman menjadi konsep lingkungan kota untuk menciptakan ideal world tersebut. Maka istilah gardenadalah dari kata Garde of Eden, suatu taman Eden (surga) yang berpagar atau dijaga. Kota-kota pertama yang merupakan pusat-pusat budaya tinggi pada ribuan tahun yang lalu banyak muncul di wilayah tropis kering. Maka keinginan menciptakan ruang yang sejuk, sehat dan indah serta aman merupakan dambaan para raja-raja. Kota Babilonia dibangun di atas bukit dikelilingi sungai. Sungai dikembangkan mengelilingi kota sebagai fungsi : keamanan, transportasi, air minum dan kesejukan. Bukit-bukit dikembangkan teras-teras yang dipenuhi taman-taman di dalam pot karena keadaan tanah yang keras (batu). Jadilah suatu taman gantung, “The Hanging Garden of Babylon“ yang terkenal itu. Iklim mikro diciptakan dengan baik, sejuk dan bersih diatas bukit yang banyak aliran udara, dan tanaman menciptakan oksigen di siang hari diatas bukit. Kota pada ancient world tersebut juga berada dalam konsep kosmologi, kesatuan antara kekuatan alam atau kosmos dan Tuhannya dengan kehidupan manusia yang dilambangkan dalam arti bentuk tata ruang, bangunan, merupakan bentuk-bentuk morfologi kota yang sustainable, yaitu membudidayakan dengan mengagungkan (memitoskan) sumber-sumber kekuatan alam. Inilah the cosmic city yang penuh lambang budaya, kekuatan alam Tuhannya yang digambarkan Kevin Lynch dalam bukunya The Good City Form.
Sejarah arsitektur kota lahir dari model-model taman yang terjadi di Eropa sejak abad pertengahan, dimana kekuatan budaya pada abad tersebut terlindung atau tersisa di dalam kompleks gereja yang dikelilingi tembok. Pada ruang terbuka kompleks tersebut berkembang ilmu taman dengan vegetasinya baik vegetasi yang menciptakan keindahan, kesejukan hingga vegetasi obat-obatan yang dipelihara di taman-taman tersebut (Zucker, 1973).
Setelah akhir abad kegelapan di Eropa kondisi mulai aman dan perkembangan ekonomi membaik maka pada the late Medievalberkembang kota-kota yang bernuansa agamis. Gereja menjadi simbol kota-kota abad pertengahan, perkembangan kota organik yang tumbuh atas kekuatan masyarakat tumbuh secara spontan namun berada dalam kebersamaan. Perkembangan kota organik tersebut mempunyai karakteristik keindahan yang disebut oleh Paul Zucker sebagai the best Picturesque, suatu keindahan yang diciptakan oleh keberagam morfologi kota yang irregular (organik, tidak teratur) seperti lukisan dan harmonis dengan kondisi alam yang selalu tidak geometris. Lukisan adalah hasil goresan yang tercipta oleh kehalusan perasaan, tidak beraturan tetapi berpola, warna-warni bercampur namun menunjukan keharmonisan. Organic pattern terbentuk oleh sentuhan manusia yang melakukan keharnonisan antara private needdan common will berkembang secara organis tumbuh dan beradaptasi dalam the passage of time dengan kekuatan serta sifat alam yang non geometris.
Sifat-sifat Cosmic City dengan pola irregular maupun yang regular juga terjadi pada hampir semua settlement tradisional di dunia ini, kota-kota arab Medina dengan pola organik membentuk labyrinth, settlement pedesaan di Jawa dengan keharmonisan terhadap topografi, rumah-rumah pedesaan bertebaran di perbukitan Tawangmangu namun tetap mempunyai arah atap yang sama, demikian juga pola grid pemusatan permukiman pedesaan dikelilingi sawah-sawah mempunyai landmark Masjid sebagai simbol kesatuan sosial dan kekuatan religius. Pola regular planned settlement juga terjadi dan berkembang menjelang Renaissance di Eropa.
Pada era Renaissance yang mana kekuatan raja telah menggeser kekuatan gereja, design lingkungan secara regular (diagram) menciptakan taman-taman yang dilakukan dari Château (atau Puri dalam bahasa Jawa, rumah bangsawan atau kaum borjuasi) hingga pada skala kota dan alam seperti istana raja Louis 14Château de Versailles. Aspek lambang, estetika, kesehatan lingkungan, sustainabilitas dan monumental menjadi kesatuan ide dalam kota-kota taman yang menyatukan peradaban manusia dan alam. Kota Yogya dan Solo dibangun melalui Planned settlement keraton yang bersifat lambang kosmologis seperti diuraikan sebelumnya sebagai kota yang mengagungkan alam dan Tuhan. Dalam sistem aristokrasi inilah peradaban dan morfologi kota-kota pra industri yang penuh sentuhan rasa dan keagungan kosmos telah mewariskan sejarah citra budaya menjadi sumber desain kota (Design quarry).
Komentar