Bawah Tenggelam, Atas Terjarah

BAWAH TENGGELAM, ATAS TERJARAH
Oleh: Parfi Khadiyanto

Pemanasan global bakal menenggelamkan pulau-pulau kecil di seantero dunia termasuk pulau-pulau kecil yang ada di Indonesia, berdasarkan catatan konon Indonesia akan kehilangan sekitar 2000 pulau kecilnya. Kenaikkan permukaan laut ini disebabkan oleh beberapa hal, yaitu karena suhu naik maka air laut permukaan akan memuai, pemuaian ini akan menambah volume yang pada gilirannya akan menyebabkan kenaikan permukaan air laut. Bisa jadi, dengan naiknya suhu akan menyebabkan lelehnya sebagian dari es abadi yang terdapat di Antartika, melelehnya es ini akan menambah volume air laut dan akhirnya juga akan menaikkan permukaan air laut.
Ini semua adalah pengaruh yang ditimbulkan pada permukaan bumi bagian bawah, yaitu permukaan tanah yang berhubungan langsung dengan laut. Ternyata bagian muka bumi yang ada di atas, yaitu di pegunungan juga mengalami pengaruh buruk akibat pemanasan global.
Struktur vertikal atmosfer bumi terdiri atas lapisan troposfer, stratosfer, mesosfer, dan termosfer. Gejala cuaca, yaitu awan dan hujan, hanya terjadi pada lapisan troposfer saja. Pada troposfer ini terdapat penurunan temperatur yang disebabkan karena troposfer sangat sedikit menyerap radiasi gelombang pendek dari matahari, sebaliknya permukaan tanah memberikan panas pada lapisan troposfer yang terletak di atasnya melalui konduksi, konveksi, dan panas laten kondensasi, atau sublimasi yang dilepaskan oleh uap air atmosferik. Pertukaran panas banyak terjadi pada lapisan troposfer bawah, karena itu temperatur akan mengalami penurunan sejalan dengan ketinggian dari permukaan tanah. Penurunan temperatur bergantung pada situasi meteorologik, nilainya berkisar antara 0,5oC hingga 1oC tiap naik 100 m, atau dengan nilai purata sekitar 6,5oC setiap naik 1000 m.
Ketika bumi belum begitu ’panas’ suhu muka bumi di daerah paling bawah (pantai) adalah sekitar 24oC, sehingga ketika kita naik ke daerah dengan elevasi 1000 m di atas permukaan laut (dpl), maka suhu setempat adalah sekitar 17,5oC, hal tersebut diperkirakan dari 24o dikurangi 6,5o. Maka tidak heran ketika jaman penjajahan Belanda dulu kala, banyak villa-villa yang didirikan pada lereng pegunungan dengan ketinggian sekitar 1000 m dpl, sebab daerah tersebut memiliki suhu yang nyaman untuk manusia (suhu nyaman untuk manusia adalah sekitar 18o – 22oC). Pada daerah yang berketinggian 1000 m dpl tersebut biasanya digunakan untuk perkebunan atau hutan produksi.
Sekarang, suhu di pantai sudah naik menjadi sekitar 33oC, ketika kita naik 1000 m ke atas, suhu sudah tidak lagi 17,5oC tetapi sudah menjadi 26,5oC (33o dikurangi 6,5o), artinya sudah tidak nyaman lagi untuk manusia, masih terlalu panas, maka orang-orang berusaha untuk membuat villa lebih ke atas lagi mencapai lokasi yang berketinggian sekitar 2000 m dpl untuk mendapatkan suhu yang nyaman.
Pada daerah dengan ketinggian 2000 m dpl ini biasanya lahan digunakan untuk hutan lindung, merupakan kawasan fungsi lindung. Karena tempat ini menjadi tempat yang nyaman untuk membangun villa dan tempat peristirahatan, maka fungsi lindung tadi diubah menjadi fungsi budidaya, alhasil, pemanasan global berakibat pada penenggelaman bagian bawah dan penjarahan kawasan fungsi lindung di bagian atas. Lengkap sudah kerusakan bumi akibat pemanasan global, bawah tenggelam dan atas rusak.
Sementara ini yang dianggap berperan penting dalam proses pemanasan global adalah CO2, maka perlu pengendalian dengan cara mengurangi emisi CO2 tersebut. Langkah Walikota Semarang yang akan memberlakukan jalur sepeda perlu didukung, meskipun pelaksanaannya masih sulit. Cara lain yaitu dengan melakukan penanaman pohon sebanyak mungkin, tiap rumah harus menanam minimal satu pohon besar. Kalau dulu ketika penggalakan pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan, ada semacam aturan yaitu untuk mendapatkan surat keterangan dari kelurahan harus membawa bukti telah membayar PBB, bisakah sekarang diganti dengan bukti telah menanam pohon di rumahnya, semoga bisa dan lestarilah bumi kita.

PARFI KHADIYANTO,
Pemerhati masalah lingkungan, Staf Pengajar FT UNDIP

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gerakan Tanah (Longsoran)

SEMAR

TATA RUANG BERBASIS PADA KESESUAIAN LAHAN