BALI nDESA mBANGUN SEKOLAH
Akhir-akhir ini ramai didiskusikan konsep Gubernur Bibit Waluyo ’’Bali nDesa mBangun Desa’’, sebenarnya apa dan bagaimana konsep itu. Kayaknya hal tersebut barulah pemikiran dasar atau sekedar slogan untuk kampanye calon Gubernur saja. Padahal desa itu merupakan miniatur pemerintahan dan bagian dari negara yang menjadi sumberdaya potensial. Tetapi kondisi desa dari waktu ke waktu tidak semakin bagus melainkan justru bertambah pudar. Orang desa ramai-ramai meninggalkan desa mereka untuk pergi ke kota, migrasi penduduk desa ke kota tak terbendung. Sektor pertanian tak lagi menarik bagi anak-anak muda di perdesaan. Orang-orang kota pun senang dan menikmati hidup dari ’’subsidi’’ orang desa.
Dalam rangka program wajib belajar pendidikan dasar 9 (sembilan) tahun yang harus tuntas pada tahun dekat ini, Departemen Pendidikan Nasional dalam hal ini Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah melaksanakan beberapa program alternatif untuk meningkatkan Angka Partisipasi Kasar (APK) pada daerah-daerah yang memiliki APK rendah. Upaya yang dilakukan untuk peningkatan APK tersebut salah satunya adalah dengan perluasan akses pendidikan, salah satunya adalah dengan Program Pengembangan SD-SMP Satu Atap di daerah terpencil, terisolir, dan terpencar, sudah pasti daerah seperti ini adanya hanya di desa (neng ndesa pucuk gunung atau di tengah hutan). Mengapa di daerah semacam ini yang diperhatikan DikNas? Pada umumnya di daerah terpencil, terisolir, dan terpencar, SMP belum didirikan atau SMP yang sudah ada berada di luar jangkauan lulusan SD setempat. Dikarenakan jumlah lulusan SD di daerah tersebut pada umumnya relatif sedikit, maka pembangunan Unit Sekolah Baru SMP dipandang tidak efisien. Di lain pihak daerah tersebut merupakan kantong-kantong terkonsentrasi dimana Angka Partisipasi Kasar tingkat SMP masih rendah dan merupakan lokasi tempat anak-anak yang belum memperoleh layanan pendidikan SMP atau yang sederajat.
Salah satu cara yang bisa dilakukan pada daerah dengan ciri seperti tersebut di atas adalah dengan mendekatkan SMP pada tempat konsentrasi anak-anak yang belum mendapatkan layanan pendidikan SMP tanpa membangun Unit Sekolah Baru yang butuh lahan luas dan biaya mahal, maka dikembangkan Pendidikan Dasar Terpadu atau SD-SMP Satu Atap. Pengembangan Pendidikan Dasar Terpadu ini menyatukan lokasi SMP dan lokasi SD dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya yang ada pada SD yang telah ada.
Di Jawa Tengah, program SD SMP Satu Atap sudah dilaksanakan sejak tahun 2005, tersebar hampir di seluruh Kabupaten di Jawa Tengah, jumlahnya sudah lebih dari 100 sekolah. Tetapi dalam perjalanannya ada sedikit hambatan terutama pada masalah pengangkatan Guru dan Kepala Sekolah. Kabupaten harus mampu menyediakan dana khusus untuk keberlanjutan proses belajar mengajar di sekolah yang terletak pada daerah terpencil di desanya tersebut yang mungkin jumlah siswanya tidak lebih dari 3 rombongan belajar, sekolah ini harus benar-benar disubsidi secara penuh.
Mengingat Program Pengembangan SD-SMP Satu Atap merupakan kegiatan yang kompleks, maka dibutuhkan suatu kerjasama yang bagus antara Dinas Pendidikan Provinsi dan Dinas Pendidikan Kabupaten, Provinsi punya dana, tetapi yang mengelola dan memiliki Guru dan Siswa adalah pihak Kabupaten, Provinsi hanya bisa membantu pembangunan gedungnya, sedangkan Kabupaten yang harus membiayai proses pendidikan, gaji Guru, dan biaya operasional sekolah.
Nah dengan program “Bali nDesa mBangun Desa”, rasanya sangat tepat apabila pihak Provinsi mulai mengembangkan pemikiran bahwa mBangun Desa itu bukan sekedar membangun ekonomi rakyat desa, tetapi juga pendidikan anak-anak desa demi masa depan yang lebih cerah. Tanpa pendidikan yang baik maka desa hanya akan dijadikan obyek (sapi perah) bagi orang kaya dan pandai yang datang dari kota, tanpa adanya fasilitas pendidikan maka orang desa yang berpotensi akan lari pindah ke kota untuk mencari pendidikan, kemungkinan besar mereka akan lupa atau enggan untuk balik mbangun desanya lagi. Jadi implementasi dari mBangun Desa bisa dimulai dengan pengembangan dan mengaktulisasikan, meningkatkan perhatian yang lebih pada program pengembangan pendidikan di perdesaan yang sudah berjalan, yaitu mBangun Sekolah SD SMP Satu Atap, kalau semua nyengkuyung program ini, bukan mustahil pada saatnya nanti orang desa di Jawa Tengah akan banyak yang bisa pergi ke luar negeri untuk mengenyam pendidikan yang lebih tinggi seperti anak-anak Laskar Pelangi. Ayo “Bali nDesa mBangun Sekolah”.
PARFI KHADIYANTO
Dosen Perencanaan Wilayah dan Kota FT UNDIP
Dalam rangka program wajib belajar pendidikan dasar 9 (sembilan) tahun yang harus tuntas pada tahun dekat ini, Departemen Pendidikan Nasional dalam hal ini Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah melaksanakan beberapa program alternatif untuk meningkatkan Angka Partisipasi Kasar (APK) pada daerah-daerah yang memiliki APK rendah. Upaya yang dilakukan untuk peningkatan APK tersebut salah satunya adalah dengan perluasan akses pendidikan, salah satunya adalah dengan Program Pengembangan SD-SMP Satu Atap di daerah terpencil, terisolir, dan terpencar, sudah pasti daerah seperti ini adanya hanya di desa (neng ndesa pucuk gunung atau di tengah hutan). Mengapa di daerah semacam ini yang diperhatikan DikNas? Pada umumnya di daerah terpencil, terisolir, dan terpencar, SMP belum didirikan atau SMP yang sudah ada berada di luar jangkauan lulusan SD setempat. Dikarenakan jumlah lulusan SD di daerah tersebut pada umumnya relatif sedikit, maka pembangunan Unit Sekolah Baru SMP dipandang tidak efisien. Di lain pihak daerah tersebut merupakan kantong-kantong terkonsentrasi dimana Angka Partisipasi Kasar tingkat SMP masih rendah dan merupakan lokasi tempat anak-anak yang belum memperoleh layanan pendidikan SMP atau yang sederajat.
Salah satu cara yang bisa dilakukan pada daerah dengan ciri seperti tersebut di atas adalah dengan mendekatkan SMP pada tempat konsentrasi anak-anak yang belum mendapatkan layanan pendidikan SMP tanpa membangun Unit Sekolah Baru yang butuh lahan luas dan biaya mahal, maka dikembangkan Pendidikan Dasar Terpadu atau SD-SMP Satu Atap. Pengembangan Pendidikan Dasar Terpadu ini menyatukan lokasi SMP dan lokasi SD dengan memanfaatkan berbagai sumberdaya yang ada pada SD yang telah ada.
Di Jawa Tengah, program SD SMP Satu Atap sudah dilaksanakan sejak tahun 2005, tersebar hampir di seluruh Kabupaten di Jawa Tengah, jumlahnya sudah lebih dari 100 sekolah. Tetapi dalam perjalanannya ada sedikit hambatan terutama pada masalah pengangkatan Guru dan Kepala Sekolah. Kabupaten harus mampu menyediakan dana khusus untuk keberlanjutan proses belajar mengajar di sekolah yang terletak pada daerah terpencil di desanya tersebut yang mungkin jumlah siswanya tidak lebih dari 3 rombongan belajar, sekolah ini harus benar-benar disubsidi secara penuh.
Mengingat Program Pengembangan SD-SMP Satu Atap merupakan kegiatan yang kompleks, maka dibutuhkan suatu kerjasama yang bagus antara Dinas Pendidikan Provinsi dan Dinas Pendidikan Kabupaten, Provinsi punya dana, tetapi yang mengelola dan memiliki Guru dan Siswa adalah pihak Kabupaten, Provinsi hanya bisa membantu pembangunan gedungnya, sedangkan Kabupaten yang harus membiayai proses pendidikan, gaji Guru, dan biaya operasional sekolah.
Nah dengan program “Bali nDesa mBangun Desa”, rasanya sangat tepat apabila pihak Provinsi mulai mengembangkan pemikiran bahwa mBangun Desa itu bukan sekedar membangun ekonomi rakyat desa, tetapi juga pendidikan anak-anak desa demi masa depan yang lebih cerah. Tanpa pendidikan yang baik maka desa hanya akan dijadikan obyek (sapi perah) bagi orang kaya dan pandai yang datang dari kota, tanpa adanya fasilitas pendidikan maka orang desa yang berpotensi akan lari pindah ke kota untuk mencari pendidikan, kemungkinan besar mereka akan lupa atau enggan untuk balik mbangun desanya lagi. Jadi implementasi dari mBangun Desa bisa dimulai dengan pengembangan dan mengaktulisasikan, meningkatkan perhatian yang lebih pada program pengembangan pendidikan di perdesaan yang sudah berjalan, yaitu mBangun Sekolah SD SMP Satu Atap, kalau semua nyengkuyung program ini, bukan mustahil pada saatnya nanti orang desa di Jawa Tengah akan banyak yang bisa pergi ke luar negeri untuk mengenyam pendidikan yang lebih tinggi seperti anak-anak Laskar Pelangi. Ayo “Bali nDesa mBangun Sekolah”.
PARFI KHADIYANTO
Dosen Perencanaan Wilayah dan Kota FT UNDIP
Komentar