Waspada, Longsor dan Banjir Mungkin Datang Lagi
Hujan deras yang terus mengguyur kota Semarang, mengakibatkan tanah longsor sedikitnya terjadi tanah longsor di tujuh lokasi pada bulan februari 2008 lalu. Yaitu di Kelurahan Lempong Sari, lima lokasi dan di Bendungan dua lokasi. Sejumlah rumah rusak parah akibat musibah ini, namun beruntung tidak ada korban jiwa. Meski tanpa korban jiwa, kerugian dipastikan mencapai puluhan juta rupiah. Lurah Lempong Sari, langsung meninjau lokasi kejadian dan melakukan pendataan terhadap rumah warganya yang tertimpa musibah.
Longsor terparah terjadi di Lempong Sari I RT 04 RW II, Kelurahan Lempong Sari, Kecamatan Gajah Mungkur. Tebing setinggi kurang lebih 30 meter ambrol menimpa dua rumah yang ada dibawahnya.
Tercatat, kerusakan parah milik Beni Prayitno, ketua RT, dan Mujiat (42), yang posisinya berdampingan. Dapur dan kamar mandi yang telah dipagari tembok setinggi kurang lebih 1,5 meter ambrol. Akibatnya, sejumlah perabotan rumah tangga rusak parah. Sisanya, enam rumah di RT 04 RW 02 lain terendam air akibat luapan sungai yang ada di bawah tebing.Sedangkan di wilayah Bendungan, longsor menimpa rumah Sudarmanto, warga Kintelan 328. Rumah tersebut terkena longsoran talut milik Wimbo Harjito, di samping rumahnya. ”Tujuh puluh lima persen rumah saya rusak dan tidak bisa ditinggali dalam kondisi seperti ini,” kata Sudarmanto di pagi hari itu.
Rumah tersebut selain tertimpa longsoran tanah yang menjebolkan dan merobohkan temboknya, juga tertimpa dua batang pohon persis di atap rumah. Sudarmanto menuturkan, musibah itu terjadi pada pukul 02.30 dinihari tadi. ”Tiba-tiba saya mendengar suara seperti air terjun, disusul robohnya rumah kami. Saya yang sedang tidur langsung meloncat, tetapi ngoplok karena kaget dan takut. Begitu pula istri saya," ujar guru SMA Masehi 2 ini.
Dia tidak bisa keluar rumah, meski tetangga memanggil-manggilnya. "Semua pintu macet, lagi pula saya ngoplok. Saya keluar lewat jendela," katanya.
Mengenai talud longsor tersebut, sebenarnya dia sudah beberapa kali menyampaikan pada pemiliknya, Wimbo Harjito. "Tetapi sampai sekarang belum dilakukan pengamanan, hingga terjadi musibah ini. Tetapi saya sudah bertemu Bu Wimbo yang menyatakan bersedia menangani masalah ini, sementara pak Wimbo masih di Jakarta," katanya didampingi Ketua RT, Sartono. Sudarmanto berharap, semua kerugian ditanggung oleh pemilik talut. Selain rumah Sudarmanto, di Kintelan, juga terjadi musibah longsor, yang menimpa rumah Wardi.
KebanjiranSementara dalam musibah di Lempongsari, longsor mengakibatkan aliran air terhalang, dan mengakibatkan tergenangnya rumah milik enam kepala keluarga. Warga yang rumahnya tergenang tersebut, berusaha mengeluarkan air dari dalam rumah mereka, serta menyelamatkan barang-barang berharga, terutama eletronik ke tempat yang lebih tinggi. Menurut Mujiat, peristiwa alam ini sedikit banyak karena faktor manusia juga. Di mana, tanah di atas rumahnya yang menurut warga setempat telah dibeli oleh pengusaha sepatu, sebenarnya telah dipagari seng. Namun karena kondisi tanah yang curam serta banyaknya sampah rumah tangga dari dua RW yang ada di atas yakni, RW 02 dan RW 03 di kawasan perumahan Elite Indra Prasta, mengakibatkan tanah labil. Akibatnya, saat hujan terus mengguyur, seng setinggi tiga meter dengan panjang 20 meter ambrol ke bawah dan menimbun sungai yang ada di bawahnya.
Mujiat sendiri mengaku terkejut dengan kejadian yang baru pertama kali itu. "Kejadian yang berlangsung cepat itu pada pukul 01.00 dini hari. Saya dan keluarga yang terlelap tidur, tiba-tiba dikagetkan dengan suara gemuruh di belakang rumahnya," kata Mujiat yang langsung menuju lokasi kejadian.
Tidak berhenti sampai di situ. Dalam hitungan detik, tiba-tiba air memasuki rumahnya dari arah belakang. "Sungai itu ada tepat di belakang rumah saya. Jadi pas tanah longsor air sungai meluap dan memasuki enam rumah warga," kata Mujiat yang pagi ini terpaksa tidak berakitivitas lain selain membersihkan rumah dari genangan air.
Kejadian serupa juga terjadi Lempong Sari II RT 05 RW I, Kelurahan Lempong Sari, Kecamatan Gajah Mungkur pukul 02.00 WIB dini hari tadi malam. Sebuah tebing setinggi kurang lebih 3,5 meter, terdiri dari material batu gunung di depan rumah milik Ny Parno (70) ambrol hingga nyaris menutup jalan kampung."Kejadian serupa pernah terjadi puluhan tahun silam. Tapi ini yang terparah. Untungnya hanya di depan rumah," tutur Eni (43) salah seorang putri Ny Parno.
(diambil dari koran sore Wawasan, februari 2008)
Longsor terparah terjadi di Lempong Sari I RT 04 RW II, Kelurahan Lempong Sari, Kecamatan Gajah Mungkur. Tebing setinggi kurang lebih 30 meter ambrol menimpa dua rumah yang ada dibawahnya.
Tercatat, kerusakan parah milik Beni Prayitno, ketua RT, dan Mujiat (42), yang posisinya berdampingan. Dapur dan kamar mandi yang telah dipagari tembok setinggi kurang lebih 1,5 meter ambrol. Akibatnya, sejumlah perabotan rumah tangga rusak parah. Sisanya, enam rumah di RT 04 RW 02 lain terendam air akibat luapan sungai yang ada di bawah tebing.Sedangkan di wilayah Bendungan, longsor menimpa rumah Sudarmanto, warga Kintelan 328. Rumah tersebut terkena longsoran talut milik Wimbo Harjito, di samping rumahnya. ”Tujuh puluh lima persen rumah saya rusak dan tidak bisa ditinggali dalam kondisi seperti ini,” kata Sudarmanto di pagi hari itu.
Rumah tersebut selain tertimpa longsoran tanah yang menjebolkan dan merobohkan temboknya, juga tertimpa dua batang pohon persis di atap rumah. Sudarmanto menuturkan, musibah itu terjadi pada pukul 02.30 dinihari tadi. ”Tiba-tiba saya mendengar suara seperti air terjun, disusul robohnya rumah kami. Saya yang sedang tidur langsung meloncat, tetapi ngoplok karena kaget dan takut. Begitu pula istri saya," ujar guru SMA Masehi 2 ini.
Dia tidak bisa keluar rumah, meski tetangga memanggil-manggilnya. "Semua pintu macet, lagi pula saya ngoplok. Saya keluar lewat jendela," katanya.
Mengenai talud longsor tersebut, sebenarnya dia sudah beberapa kali menyampaikan pada pemiliknya, Wimbo Harjito. "Tetapi sampai sekarang belum dilakukan pengamanan, hingga terjadi musibah ini. Tetapi saya sudah bertemu Bu Wimbo yang menyatakan bersedia menangani masalah ini, sementara pak Wimbo masih di Jakarta," katanya didampingi Ketua RT, Sartono. Sudarmanto berharap, semua kerugian ditanggung oleh pemilik talut. Selain rumah Sudarmanto, di Kintelan, juga terjadi musibah longsor, yang menimpa rumah Wardi.
KebanjiranSementara dalam musibah di Lempongsari, longsor mengakibatkan aliran air terhalang, dan mengakibatkan tergenangnya rumah milik enam kepala keluarga. Warga yang rumahnya tergenang tersebut, berusaha mengeluarkan air dari dalam rumah mereka, serta menyelamatkan barang-barang berharga, terutama eletronik ke tempat yang lebih tinggi. Menurut Mujiat, peristiwa alam ini sedikit banyak karena faktor manusia juga. Di mana, tanah di atas rumahnya yang menurut warga setempat telah dibeli oleh pengusaha sepatu, sebenarnya telah dipagari seng. Namun karena kondisi tanah yang curam serta banyaknya sampah rumah tangga dari dua RW yang ada di atas yakni, RW 02 dan RW 03 di kawasan perumahan Elite Indra Prasta, mengakibatkan tanah labil. Akibatnya, saat hujan terus mengguyur, seng setinggi tiga meter dengan panjang 20 meter ambrol ke bawah dan menimbun sungai yang ada di bawahnya.
Mujiat sendiri mengaku terkejut dengan kejadian yang baru pertama kali itu. "Kejadian yang berlangsung cepat itu pada pukul 01.00 dini hari. Saya dan keluarga yang terlelap tidur, tiba-tiba dikagetkan dengan suara gemuruh di belakang rumahnya," kata Mujiat yang langsung menuju lokasi kejadian.
Tidak berhenti sampai di situ. Dalam hitungan detik, tiba-tiba air memasuki rumahnya dari arah belakang. "Sungai itu ada tepat di belakang rumah saya. Jadi pas tanah longsor air sungai meluap dan memasuki enam rumah warga," kata Mujiat yang pagi ini terpaksa tidak berakitivitas lain selain membersihkan rumah dari genangan air.
Kejadian serupa juga terjadi Lempong Sari II RT 05 RW I, Kelurahan Lempong Sari, Kecamatan Gajah Mungkur pukul 02.00 WIB dini hari tadi malam. Sebuah tebing setinggi kurang lebih 3,5 meter, terdiri dari material batu gunung di depan rumah milik Ny Parno (70) ambrol hingga nyaris menutup jalan kampung."Kejadian serupa pernah terjadi puluhan tahun silam. Tapi ini yang terparah. Untungnya hanya di depan rumah," tutur Eni (43) salah seorang putri Ny Parno.
(diambil dari koran sore Wawasan, februari 2008)
Komentar